Tatalaksana Gastritis


Oleh
Dhiya Fani S. P
(22020119140148) A19.2


TATALAKSANA GASTRITIS

Sumber : Pinteres


Menurut Rafani (2009), gastritis merupakan peradangan lambung karena mekanisme mukosa pada lambung yang dipenuhi dengan bakteri yang berkembang. Dikalangan masyarakat gastritis lebih dikenal dengan sebutan penyakit maag. Gastritis dibagi menjadi dua, yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut merupakan proses inflamasi mukosa sementara yang mungkin tanpa gejala. Dalam kasus yang lebih parah, dapat menyebabkan pendarahan. Sedangkan gastritis kronik hampir seperti gastritis akut, tetapi terjadi secara menahun atau dalam jangka waktu yang lama. Beberapa penyebab gastritis akut dan kronik menutut etiologi yaitu infeksi bakteri helicobacter pylory, kelebihan konsumsi alcohol, pemberian obat seperti obat antiinflamasi, trauma, pemaparan berulang terhadap radiasi, dan penyakit autoimun (Sailesh et al, 2016).
Penyakit maag atau gastritis ini dapat menyerang seluruh kalangan masyarakat dari semua usia. Tetapi paling sering menyerang para remaja dan juga orang dewasa. Sebagian besar penderita gastritis merupakan mahasiswa yang merantau dan jauh dari keluarga. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya gastritis ini. Yang pertama adalah faktor pola makan. Pola makan ini sangat berpengaruh besar terhadap resiko timbulnya gastritis. Pola makan yang tidak teratur dapat menyebabkan lambung menjadi sensitif di saat asam lambung meningkat. Para mahasiswa lebih berpotensi terkena penyakit maag karena mereka harus hidup mandiri dan mengatur waktunya sebaik mungkin tanpa bergantung lagi pada orang tua. Mahasiswa yang merantau dan jauh dari orang tua harus menyediakan makanan sendiri untuk dirinya. Terkadang karena malas, akhirnya para mahasiswa memilih untuk tidak makan. Hal tersebut dapat menjadi faktor resiko timbulnya  gastritis. Mereka biasanya tidak menjaga pola makannya dengan benar dan makan makanan yang tidak sehat.
Lalu yang kedua ada gaya hidup. Gaya hidup pada jaman sekarang semuanya serba instan. Mereka terlalu malas untuk makan-makanan yang bergizi dan sehat. Gaya hidup yang tidak sehat membuat para remaja dan orang dewasa lebih menyukai makanan instan seperti mie. Selain itu, makanan seperti junk food, minuman bersoda dan beralkohol juga lebih diminati. Mereka juga suka jajan sembarangan yang makanan tersebut tidak kita ketahui pasti apa bahan dan bagaimana cara membuatnya. Jajanan seperti dipinggir jalan juga tidak terlalu mementingkan kebersihan dan nilai gizi pada makanan yang dijual (Hidayah, 2012).
Gaya hidup yang sering dilakukan orang-orang sekarang adalah diet. Gastritis juga dapat timbul karena melakukan diet yang tidak benar dengan mengonsumsi makanan yang jumlahnya kurang dari kebutuhan tubuh, frekuensi makanan yang tidak teratur dan juga jenis makanan yang kurang bervariasi. Gastritis juga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan yang terjadi pada lambung dikarenakan luka kronis. Muntah darah merupakan salah satu akibat adanya pendarahan yang terjadi di lambung, selain itu dalam fases seseorang bisa saja terdapat darah (Rifani, 2009).
Selanjutnya adalah faktor stress. Tingkat stress yang tinggi juga dapat memicu timbulnya gastritis. Stress memiliki efek yang buruk melalui mekanisme neuroendokrin terhadap saluran pencernaan, sehingga dapat beresiko timbulnya gastritis pada seseorang. Pada keadaan stress, produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress dan dapat mengiritasi mukosa lambung, misalnya panik, atau beban kerja yang berat. Tingkat stress yang tinggi biasanya lebih banyak diderita oleh orang dewasa (Tussakinah & Burhan, 2017).
Gejala yang ditimbulkan jika menderita gastritis atau penyakit maag antara lain, merasa mual, rasa ingin muntah, tubuh lemas, kembung dan merasa sesak, rasa nyeri di ulu hati, wajah terlihat pucat, nafsu makan menurun, keluar keringat dingin, pusing dan biasanya bisa saja muntah dengan disertai darah (Wijoyo, 2009). Itulah mengapa penderita gastritis sering kali merasa ingin muntah saat sedang makan. Rasanya ingin tetap makan tetapi jika dipaksakan akan mual dan perut tidak enak.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi terjadinya gastritis yaitu dengan makan dengan teratur, menjaga pola makan, makan makanan yang sehat, bergizi dan berserat, mengurangi makanan instan, mengurangi makanan yang terlalu pedas atau terlalu asam dan berminyak, jika rasa sakitnya terlanjur muncul dapat menggunakan obat maag seperti antasida. Untuk menjaga kesehatan terutama agar terhindar dari penyakit maag atau gastritis, kita perlu menjaga pola makan, apalagi bagi mahasiswa yang merantau dan jauh dari pengawasan orang tua, mereka harus bisa mendiri dan mengatur asupan serta kebutuhan untuk tubuh kita sendiri. Mereka harus sadar akan pentingnya mengonsumsi berbagai macam sayuran, protein, buah dan yang lainnya serta makan makanan yang cukup dan dengan posi yang sesuai untuk menjaga kesehatan kita (Juliani, Herlina & Nurchayati, 2018).








Daftar Pustaka

Juliani F, Herlina, Nurchayati S.(2018). Hubungan pola makan dengan risiko gastritis pada remaja. JOM FKp, 5(2), 643-651
Nisa S.(2018). Gastritis (warm-e-meda): a review with Unnani approach. International Journal of Advances Science and Research, 3(3), 43-45
Peluso D.(2016). Reflection: gastritis, lifestyle and proton bomb inhibitor. Gastroenterology & Hepatology International Journal, 1(2), 000111
Putri, R. S. M., Agustin H, Wulansari.(2010). Hubungan pola makan dengan timbulnya gastritis pada pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center. Jurnal Keperawatan, 1(2), 156-164
Sailesh, K. S., Archana, R., Jacob, N. J., George, S. J., Johndas, R., Johny, M.,… Joy, A.(2016). Prevention or delay of gastritis through vestibular stimulation: A hypothesis. Interdiscip J Chem, 1(2), 34-35. 10.15761/IJC.1000106
Tussakinah W, Burhan I. R.(2017). Hubungan pola makan dan tingkat stress terhadap kekambuhan gastritis di wilayah kerja Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh tahun 2017. JurKes Andalas, 7(2), 217-225

Komentar

Postingan Populer