Tatalaksana Gastritis
Oleh
Dhiya Fani S. P
(22020119140148) A19.2
TATALAKSANA GASTRITIS
Sumber : Pinteres
Penyakit maag atau gastritis ini dapat menyerang seluruh kalangan
masyarakat dari semua usia. Tetapi paling sering menyerang para remaja dan juga
orang dewasa. Sebagian besar penderita gastritis merupakan mahasiswa yang
merantau dan jauh dari keluarga. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya
gastritis ini. Yang pertama adalah faktor pola makan. Pola makan ini sangat
berpengaruh besar terhadap resiko timbulnya gastritis. Pola makan yang tidak
teratur dapat menyebabkan lambung menjadi sensitif di saat asam lambung
meningkat. Para mahasiswa lebih berpotensi terkena penyakit maag karena mereka
harus hidup mandiri dan mengatur waktunya sebaik mungkin tanpa bergantung lagi
pada orang tua. Mahasiswa yang merantau dan jauh dari orang tua harus
menyediakan makanan sendiri untuk dirinya. Terkadang karena malas, akhirnya
para mahasiswa memilih untuk tidak makan. Hal tersebut dapat menjadi faktor
resiko timbulnya gastritis. Mereka
biasanya tidak menjaga pola makannya dengan benar dan makan makanan yang tidak
sehat.
Lalu yang kedua ada gaya hidup. Gaya hidup pada jaman sekarang semuanya
serba instan. Mereka terlalu malas untuk makan-makanan yang bergizi dan sehat.
Gaya hidup yang tidak sehat membuat para remaja dan orang dewasa lebih menyukai
makanan instan seperti mie. Selain itu, makanan seperti junk food, minuman
bersoda dan beralkohol juga lebih diminati. Mereka juga suka jajan sembarangan
yang makanan tersebut tidak kita ketahui pasti apa bahan dan bagaimana cara
membuatnya. Jajanan seperti dipinggir jalan juga tidak terlalu mementingkan
kebersihan dan nilai gizi pada makanan yang dijual (Hidayah, 2012).
Gaya hidup yang sering dilakukan orang-orang sekarang adalah diet.
Gastritis juga dapat timbul karena melakukan diet yang tidak benar dengan
mengonsumsi makanan yang jumlahnya kurang dari kebutuhan tubuh, frekuensi
makanan yang tidak teratur dan juga jenis makanan yang kurang bervariasi. Gastritis
juga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan yang terjadi pada lambung
dikarenakan luka kronis. Muntah darah merupakan salah satu akibat adanya
pendarahan yang terjadi di lambung, selain itu dalam fases seseorang bisa saja
terdapat darah (Rifani, 2009).
Selanjutnya adalah faktor stress. Tingkat stress yang tinggi juga dapat
memicu timbulnya gastritis. Stress memiliki efek yang buruk melalui mekanisme
neuroendokrin terhadap saluran pencernaan, sehingga dapat beresiko timbulnya
gastritis pada seseorang. Pada keadaan stress, produksi asam lambung akan
meningkat pada keadaan stress dan dapat mengiritasi mukosa lambung, misalnya
panik, atau beban kerja yang berat. Tingkat stress yang tinggi biasanya lebih
banyak diderita oleh orang dewasa (Tussakinah & Burhan, 2017).
Gejala yang ditimbulkan jika menderita gastritis atau penyakit maag
antara lain, merasa mual, rasa ingin muntah, tubuh lemas, kembung dan merasa
sesak, rasa nyeri di ulu hati, wajah terlihat pucat, nafsu makan menurun,
keluar keringat dingin, pusing dan biasanya bisa saja muntah dengan disertai
darah (Wijoyo, 2009). Itulah mengapa penderita gastritis sering kali merasa
ingin muntah saat sedang makan. Rasanya ingin tetap makan tetapi jika
dipaksakan akan mual dan perut tidak enak.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi
terjadinya gastritis yaitu dengan makan dengan teratur, menjaga pola makan,
makan makanan yang sehat, bergizi dan berserat, mengurangi makanan instan,
mengurangi makanan yang terlalu pedas atau terlalu asam dan berminyak, jika
rasa sakitnya terlanjur muncul dapat menggunakan obat maag seperti antasida. Untuk
menjaga kesehatan terutama agar terhindar dari penyakit maag atau gastritis,
kita perlu menjaga pola makan, apalagi bagi mahasiswa yang merantau dan jauh
dari pengawasan orang tua, mereka harus bisa mendiri dan mengatur asupan serta
kebutuhan untuk tubuh kita sendiri. Mereka harus sadar akan pentingnya mengonsumsi
berbagai macam sayuran, protein, buah dan yang lainnya serta makan makanan yang
cukup dan dengan posi yang sesuai untuk menjaga kesehatan kita (Juliani,
Herlina & Nurchayati, 2018).
Daftar Pustaka
Juliani F,
Herlina, Nurchayati S.(2018). Hubungan pola makan dengan risiko gastritis pada
remaja. JOM FKp, 5(2), 643-651
Nisa
S.(2018). Gastritis (warm-e-meda): a review with Unnani approach. International Journal of Advances Science
and Research, 3(3), 43-45
Peluso
D.(2016). Reflection: gastritis, lifestyle and proton bomb inhibitor. Gastroenterology & Hepatology
International Journal, 1(2), 000111
Putri, R. S.
M., Agustin H, Wulansari.(2010). Hubungan pola makan dengan timbulnya gastritis
pada pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center. Jurnal Keperawatan, 1(2), 156-164
Sailesh, K.
S., Archana, R., Jacob, N. J., George, S. J., Johndas, R., Johny, M.,… Joy, A.(2016).
Prevention or delay of gastritis through vestibular stimulation: A hypothesis. Interdiscip J Chem, 1(2), 34-35.
10.15761/IJC.1000106
Tussakinah
W, Burhan I. R.(2017). Hubungan pola makan dan tingkat stress terhadap
kekambuhan gastritis di wilayah kerja Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh tahun
2017. JurKes Andalas, 7(2), 217-225
Komentar
Posting Komentar